• LinkedIn
  • Join Us on Google Plus!
  • Subcribe to Our RSS Feed

Rabu, 03 November 2010

23.13 // by Abd Ghofar Syarief // No comments

FIE QULUBIHIM MARADH
By, Abd Ghofar Syarief


Secara indera manusiawi, kita percaya bahwa tumpukan sisa makanan mengendap dari waktu ke waktu yang akan menyebabkan toxid (bahan beracun). Selanjutnya toxid akan lepas ke dalam sistem peredaran darah sehingga menghasilkan toxin(racun) dalam darah.
Indera pendengaran dalam ungkapan al-Qur’an disebut dengan “ sam‘ “, indera penglihatan disebut dengan “bashar “, sedangkan indera akal/hati disebut dengan “fu’ad “. Ketiga indera nalar tersebut disebut dalam al-Qur′an secara berurutan pada ayat-ayat berikut:
وَاللهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُّطُوْنِ أُمَّهتُكُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَاْلأَبْصرَ وَاْلأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (Q.S. Al-Nahl ; 78).
Nabi Muhammad SAW bersabda “Sumber dari segala penyakit adalah perut, perut adalah gudang penyakit dan berpuasa itu obat.” (H.R. Muslim)
Didalam Al-Quran tidak kurang sebelas kali disebut istilah ”fiqulubihim maradh”
Kata qalb atau qulub dipahami dalam dua makna, yaitu akal dan hati. Sedang kata maradh biasa diartikan sebagai penyakit. Secara rinci pakar bahasa Ibnu Faris mendefinisikan kata tersebut sebagai "segala sesuatu yang mengakibatkan manusia melampaui batas keseimbangan/kewajaran dan mengantar kepada terganggunya fisik, mental, bahkan kepada tidak sempurnanya amal seseorang." Terlampauinya batas kesimbangan tersebut dapat berbentuk gerak ke arah berlebihan, dan dapat pula ke arah kekurangan.
Dari sini dapat dikatakan bahwa Al-Quran memperkenalkan adanya penyakit-penyakit yang menimpa hati dan yang menimpa akal. Penyakit-penyakit akal yang disebabkan bentuk berlebihan adalah semacam kelicikan, sedangkan yang bentuknya karena kekurangan adalah ketidaktahuan akibat kurangnya pendidikan. Ketidaktahuan ini dapat bersifat tunggal maupun ganda. Seseorang yang tidak tahu serta tidak menyadari ketidaktahuannya pada hakikatnya menderita penyakit akal berganda. Penyakit-penyakit kejiwaan pun beraneka ragam dan bertingkat-tingkat. Sikap angkuh, benci, dendam, fanatisme, loba, dan kikir yang antara lain disebabkan karena bentuk keberlebihan seseorang. Sedangkan rasa takut, cemas, pesimisme, rendah diri dan lain-lain adalah karena kekurangannya.

Yang akan memperoleh keberuntungan di hari kemudian adalah mereka yang terbebas dari penyakit-penyakit tersebut, seperti bunyi firman Allah dalam (Q.S. Al-Syu'ara' : 88-89).
Islam mendorong manusia agar memiliki kalbu yang sehat dari segala macam penyakit dengan jalan bertobat, dan mendekatkan diri kepada Allah, karena: Sesungguhnya dengan mengingat Allah jiwa akan memperoleh ketenangan (Q.S. Al-Ra'd : 28); Dan Kami turunkan dan Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang- orang yang beriman,” (Q.S. Al-Israa’: 82).

Wallahu a’lamu bish-shawab.

Kamis, 06 Mei 2010

Perut Gudang Penyakit

01.51 // by Abd Ghofar Syarief // // No comments

FIE QULUBIHIM MARADH
By, Abd Ghofar Syarief


Secara indera manusiawi, kita percaya bahwa tumpukan sisa makanan mengendap dari waktu ke waktu yang akan menyebabkan toxid (bahan beracun). Selanjutnya toxid akan lepas ke dalam sistem peredaran darah sehingga menghasilkan toxin(racun) dalam darah.
Indera pendengaran dalam ungkapan al-Qur’an disebut dengan “ sam‘ “, indera penglihatan disebut dengan “bashar “, sedangkan indera akal/hati disebut dengan “fu’ad “. Ketiga indera nalar tersebut disebut dalam al-Qur′an secara berurutan pada ayat-ayat berikut:
وَاللهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُّطُوْنِ أُمَّهتُكُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَاْلأَبْصرَ وَاْلأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (Q.S. Al-Nahl ; 78).
Nabi Muhammad SAW bersabda “Sumber dari segala penyakit adalah perut, perut adalah gudang penyakit dan berpuasa itu obat.” (H.R. Muslim)
Didalam Al-Quran tidak kurang sebelas kali disebut istilah ”fiqulubihim maradh”
Kata qalb atau qulub dipahami dalam dua makna, yaitu akal dan hati. Sedang kata maradh biasa diartikan sebagai penyakit. Secara rinci pakar bahasa Ibnu Faris mendefinisikan kata tersebut sebagai "segala sesuatu yang mengakibatkan manusia melampaui batas keseimbangan/kewajaran dan mengantar kepada terganggunya fisik, mental, bahkan kepada tidak sempurnanya amal seseorang." Terlampauinya batas kesimbangan tersebut dapat berbentuk gerak ke arah berlebihan, dan dapat pula ke arah kekurangan.
Dari sini dapat dikatakan bahwa Al-Quran memperkenalkan adanya penyakit-penyakit yang menimpa hati dan yang menimpa akal. Penyakit-penyakit akal yang disebabkan bentuk berlebihan adalah semacam kelicikan, sedangkan yang bentuknya karena kekurangan adalah ketidaktahuan akibat kurangnya pendidikan. Ketidaktahuan ini dapat bersifat tunggal maupun ganda. Seseorang yang tidak tahu serta tidak menyadari ketidaktahuannya pada hakikatnya menderita penyakit akal berganda. Penyakit-penyakit kejiwaan pun beraneka ragam dan bertingkat-tingkat. Sikap angkuh, benci, dendam, fanatisme, loba, dan kikir yang antara lain disebabkan karena bentuk keberlebihan seseorang. Sedangkan rasa takut, cemas, pesimisme, rendah diri dan lain-lain adalah karena kekurangannya.

Yang akan memperoleh keberuntungan di hari kemudian adalah mereka yang terbebas dari penyakit-penyakit tersebut, seperti bunyi firman Allah dalam (Q.S. Al-Syu'ara' : 88-89).
Islam mendorong manusia agar memiliki kalbu yang sehat dari segala macam penyakit dengan jalan bertobat, dan mendekatkan diri kepada Allah, karena: Sesungguhnya dengan mengingat Allah jiwa akan memperoleh ketenangan (Q.S. Al-Ra'd : 28); Dan Kami turunkan dan Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang- orang yang beriman,” (Q.S. Al-Israa’: 82).

Wallahu a’lamu bish-shawab.